ULOANG DAAD NUHU EVAV LIBRARY

CULTURE SERIES

Year : 2017
Build area : 140M2 

Location : Kei kecil, Maluku Tenggara, Indonesia.

Description

A collaboration project with www.sahabatpeduliindonesia.com, pilot project in Ohoi Ngilngof, Kei kecil island, Maluku Tenggara, Indonesia

Balai Uloang Daad Nuhu Evav yang akan dibangun di Kei kecil ini ditujukan untuk mewadahi berbagai jenis aktivitas yang dibutuhkan oleh warga ohoi (desa). Desain balai didasari oleh desain arsitektur nusantara yaitu rumah panggung. Pemilihan material didasari oleh material yang bisa didapat secara lokal di pulau Kei.
Balai Uloang Daad Nuhu Evav nantinya dapat mewadahi aktivitas seperti perpustakaan, ruang belajar, ruang latihan tari atau budaya, ruang pelatihan ketrampilan serta bisa juga digunakan sebagai balai musyawarah desa.
Berbagai aktivitas ini disinergikan kedalam agar balai ini menjadi bagian penting dari desa sehingga setiap warga desa mempunyai rasa memiliki, dengan demikian balai akan dijaga dan dirawat bersama oleh setiap warga desa.
Multifungsi

Didalam balai Uloang Daad Nuhu Evav, sengaja didesain agar memiliki susunan rak menyerupai tangga (atau sebaliknya) hal ini dilakukan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin ruang yang ada.
Area dalam sengaja dibuat terbuka sehingga penguna dapat melihat keseluruhan bagian dalam dari bagian pintu masuk sampai titik tertinggi, ruang dalam ini juga dimaksudkan sifatnya terbuka agar penggunanya dapat menginterpretasi penggunaan ruang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Sehingga penggunaan ruang dapat fleksibel, disaat hari biasa, ruang dapat digunakan sebagai area baca atau berkumpul.
Disaat terdapat acara, tangga berubah menjadi tempat warga duduk untuk melihat acara.
Penggunaan berbagai aktivitas ini nantinya akan menuntut adanya pengelola yang mengatur jadwal penggunaan dari balai ini, sehingga balai ini nantinya tidak akan pernah sepi dari penggunanya.

Sustainable & responsible planning
Sejatinya, penggunaan material kayu dipilih selain karna mudah didapat di Pulau Kei, juga atas pertimbangan keberlanjutan kedepannya.
Penggunaan kayu sejatinya memang membutuhkan perawatan yang lebih dibandingkan bangunan dinding bata dan beton.
Namun pemilihan ini didasari bahwa material-material yang digunakan nantinya jika balai ini akan dipindahkan atau tidak digunakan lagi, material-material kayu pada balai ini dapat digunakan kembali sehingga mengurangi dampak pada kerusakan lingkungan. .

Transparansi

Ruang dalam dan ruang luar didesain secara berkesinambungan dalam arti, dari ruang dalam dapat melihat ke ruang luar (dan sebaliknya). Kulit bangunan didesain agar berpori-pori, selain untuk memaksimalkan penggunaan ruang dinding sebagai rak-rak buku, juga dimaksudkan agar dapat memasukkan cahaya dan angin kedalam bangunan.
Hal ini akan secara siginifikan mengurangi penggunaan energi dalam pencahayaan dan penghawaan.
Masalah tampias hujan akan ditanggulangi dengan tirai bambu yang akan menutupi buku-buku dan bagian dalam bangunan dari tampias hujan.
Bagian-bagian rak pun sifatnya adalah kanvas setengah jadi, sehingga warga dapat berkolaborasi untuk mengisi bagian-bagian kosong pada rak dengan karya seni atau lukisan mural yang nantinya akan mewarnai balai ini dengan hasil karya dari warga. Sehingga kembali lagi, akan memupuk rasa memiliki terhadap balai ini.

Ruang luar yang aktif

Ruang sosialisasi warga pada umumnya adalah teras didepan rumah, umunya karena lebih nyaman duduk mengemper sambil bercanda tawa dengan tetangga.
Hal inilah yang mendasari teras disekeliling balai agar menjadi ruang aktivator atau ruang aktif untuk mengundang atau menciptakan interaksi sosialisasi antar warga.
Duduk berbincang-bincang dibalai, atau anak-anak menggunakan teras untuk bermain, atau ibu-ibu berkumpul sambil mengerjakan keterampilan. Semakin ruang ini sering dipakai diharapkan juga semakin dalam rasa memiliki warga terhadap balai

 

  • PROJECT
  • TYPE CULTURE SERIES
  • PRINCIPAL ANDY GUNAWAN, KEVIN HENDRA
  • YEAR 2017